Jumat, 12 Juni 2015

[puisi] Penantian


Ini adalah penantian yang penuh harap. 
Selaiknya penyair belunjur di atas atap. 
Menunggu inspirasi yang mengetuk masuk ke dalam otak. 
Diam-diam merangkai kata menjadi puisi yang cakap. 

Ini adalah penantian yang penuh luka. 
Seperti seorang ibu yang berkorban demi anaknya. 
Berpeluh kesah menghidupi sang buah cinta. 
Meratap-ratap sampai mereka kelak dewasa. 

Ini adalah penantian yang penuh tanda tanya. 
Seperti petani yang menyemai padi di pagi buta. 
Menunggu tunasan benih berbulan-bulan lamanya. 
Tanpa pernah tahu berapa banyak tuaian yang diterima. 

Ini adalah penantian yang penuh cemas. 
Seperti peziarah yang berjalan di bebatuan keras. 
Mendaki hari sampai tenaga terkuras. 
Terisau pilu dengan peluh yang menderas. 

Ini adalah penantian yang penuh papa. 
Seperti kupu-kupu yang menunggu dalam pupa. 
Menanti-nanti saat mereka berganti rupa. 
Menunggu sebuah asa di dalam hidup mereka yang hampa. 

Ini adalah penantian yang penuh tanda. 
Pada akhirnya kau dan aku akan berjumpa. 
Dan mungkin ini semua tidak akan berakhir bahagia. 
Tapi setidaknya aku pernah mengecap sang bahagia. 
Bersamamu dalam penantian dan perjumpaan kita. 

Senin, 08 Juni 2015

[puisi] Kau Adalah

Engkau adalah batu pijakan.
Tempat lelah kakiku menaruh harapan.
Tempat letih punggungku mencari tumpuan.
Tempat risau jiwaku menanti jawaban. 

Engkau adalah inspirasi.
Alasanku untuk merangkai puisi.
Alasanku terjaga sampai mentari pagi.
Alasanku terlelap dengan senyum dimalam hari. 

Engkau adalah cahaya.
Menuntut jalanku di lembah tak berwarna.
Memberi alasan di kala hidupku terasa hampa.
Memeluk ragaku saat aku merasa tak berharga. 

Engkau adalah sang surya.
Yang datang di kala gelap menyapa.
Yang memberi alasan agar aku terus berotasi dan bertenaga.
Yang menjadi pusat tempat perhatianku bermuara. 

Engkau adalah nama.
Terus terucap di kala aku tengah bersabda.
Terus terlintas di dalam kepala.
Dan ingin selalu kubawa sepanjang masa.
Selama-lamanya.

Kamis, 04 Juni 2015

[puisi] Datangnya Sang Matahari



Dahulu aku merindukan cahaya. Seperti pemimpi yang tersaruk melewati malam. Hangatmu membukakan jalan di dalam kelam. Dan sejak itu, aku selalu ingin mataku terpejam. Karena dalam gelap kehadiranmu menjadi lebih terang.     

Mungkin dalam hening aku bertanya, apa yang kau punya? Kau jauh di sana dan aku mendekam sunyi puluhan ribu kaki jauhnya. Mungkin aku adalah pengkhayal dungu yang mencoba mendekati bintang. Tanpa pernah menyadari bahwa aku tak bisa terbang. 

Masa demi masa berlalu. Dan aku sedikit melupakanmu. Karena seperti musim, hati akan bergulir. Namun tidak dengan rasanya, pun dengan warnanya. Sedikit kukecap, sececap kulihat. Dan kusadari bahwa hati tidak pernah lupa. Hanya dapat membohongi. 

Lalu kau datang. Tanpa pernah kuketahui wujudmu, kau seakan mengerti diriku. Kau berkata bahwa aku mengingatkanmu pada dirimu yang dulu. Sadarkah kau bahwa kita berbeda? Bahwa sejatinya kau hanyalah cahaya dan aku ada orang buta yang hanya dapat memimpikan rasanya melihat warna. 

Namun kau meyakinkanku bahwa kita serupa. Dahulu kau hanya cahaya mungil yang tak berisi. Namun sekarang kau sudah menjelma menjadi matahari. Dan aku semakin takut. Jarakmu terlihat semakin jauh. Walaupun keberadaanmu dapat kusentuh. 

Biarlah kucontoh petuah ikarus. Terbang mendekatimu akan membuatku terbakar. Dan mungkin aku akan siap. Namun tidak sekarang. Dengan keras kutahan diriku dan kucoba untuk bertahan. Karena menikmati cahayamu sekarang sedekat ini terasa cukup. Lebih dari cukup bahkan, dan terasa sangat nyaman. 

Karena itu tetaplah menjadi matahariku. Walaupun kutahu kau mungkin tak dapat terus menjawab panggilanku. Setidaknya aku tahu dimana dirimu. Dan aku pun sadar siapa diriku. Sekarang, aku membenci malam. Karena ketika bulan hadir. Aku akan terus terjaga sampai kau akan datang. Meskipun aku tahu, mungkin kau hanya bersikap sopan. Tapi lagi-lagi aku akan mencoba. Untuk menikmati dirimu dan menekan inginku untuk terbang. 

Selasa, 26 Mei 2015

[Cerpen] Dilatasi Masa

















Lelaki – Sekarang
Tahukah kalian apa kebohongan terbesar yang dihasilkan masyarakat? Sebuah harapan.
Manusia adalah makhluk yang lemah. Dalam keterbatasannya mereka membohongi diri sendiri dengan sebuah pikiran bahwa kelemahan mereka akan tertutupi pada akhirnya. Pikiran tadi bernama harapan. Dan secara pribadi aku mulai menghentikan pikiran-pikiran seperti itu. Harapan hanyalah sebuah angan-angan busuk yang tidak dapat membuatmu bergerak kemana-kemana.
Tetapi malam ini, aku mulai berharap. Setelah bertahun-tahun lamanya tidak kulakukan.
Aku mengecek waktu di HPku. Sudah hampir pukul sepuluh malam. Entah berapa batang rokok yang kuhabiskan. Mulutku terasa asam sekarang. Di luar mobilku mulai terdengar nyanyian jangkrik dan serangga malam. Sementara mereka berusaha mencari pasangan untuk berhubungan badan. Aku semakin merapatkan jaketku demi mengusir udara dingin nan kelam.
Sialan.
HPku bergetar lagi. Dan lagi-lagi aku mendiamkannya. Panggilan itu datang dari kesialan lain dalam hidupku. Seorang wanita sudah berusaha memberikan sinyal padaku agar aku melamarnya. Aku berpura-pura membutakan mata hatiku. Dan ia berpura-pura bahwa aku sedemikian tidak sensitifnya sampai ia harus melacurkan sinyal ke arahku. Berdua, kami memainkan drama pura-pura yang entah akan berakhir kemana.
Kuambil batang terakhir dalam bungkus rokokku. Dan sekarang aku menyadari sudah berapa batang yang berhasil kuhisap. Aku membuka pintu mobil dan menghirup udara malam. Dan lagi-lagi kembali berharap kalau ia akan datang.

***

Wanita – Dulu
Pagi itu adalah pagi yang paling terindah dalam hidupku. Bagaimana tidak, hari itu aku mulai mengerti apa yang orang-orang bilang dengan cinta pada pandangan pertama.
Ia menunduk malu-malu. Dapat kurasakan kegugupannya tertular sempurna padaku. Ia memperkenalkan namanya. Dapat kudengar suaranya yang serak seakan menggerus perasaan aneh di dalam perutku. Aneh, aku seharusnya berusaha untuk menghalau perasaan-perasaan seperti ini dan memfokuskan perhatianku pada ujian kelulusan semester depan. Tapi pada saat pikiran baik seperti itu melintas di otakku. Pandangan lelaki itu menatap tepat ke arahku.
Aku terpana dan terpanah sempurna olehnya.
Tidak seperti cerita di film atau cerita romansa remaja. Wali kelasku tidak mendudukkannya di sebelahku, belakangku, ataupun bangku di depanku. Yang ada ia menaruhnya jauh di belakang kelas. Aku meliriknya sekilas saat ia melangkah melewati bangkuku. Dan merutuki nasib yang berjalan tak seindah dalam dongeng.
Akhirnya, sisa senin itu berjalan seperti biasa. Aku bahkan tak sempat lagi mengobrol dengannya. Di akhir hari itu, saat aku menulis cerita tentang waktu yang berlalu di dalam diary bersampul biru. Aku memutuskan untuk tidak memasukkan kalimat “pagi yang paling terindah”. Sambil berharap-harap kalau pagi yang paling terindah akan dapat sesegera mungkin kutulis di dalamnya.

***

Lelaki – Dahulu
Ia menatapku lekat-lekat. Bola mata jernihnya samar-samar terlihat di antara kepulan asap rokok yang menguar pekat. Aku menanyakannya sekali lagi. Sedikit retorik memang. Namun entah mengapa aku merasa perlu mendengar permintaannya untuk kali kedua. Setelah ia mengucapkannya kembali. Aku mengulurkan rokok yang kupegang ke arahnya.
Tanpa sungkan ataupun segan. Ia menghisap rokok dan mengepulkan asapnya tepat ke arahku. Kami berdua tersenyum bersama. Lengkungan itu pun terbuka dan kami mulai berbagi tawa. Aku sendiri tak tahu apa yang kami tertawakan. Akhirnya aku membiarkannya menghabiskan rokok itu sementara aku menghabiskan waktuku untuk memandangi lehernya.
Dan kami bercerita. Wanita yang kukira polos seputih kertas ternyata menyimpan sejuta warna. Aku diam, menikmati kisah yang ia bawa. Dengan durasi setengah batang rokok, aku merasa sudah mengenalnya. Tak bisa kubayangkan apa yang terjadi jika penukaran kata diantara kami berdua berlangsung selama satu bungkus rokok.
Teman sekelas kami datang ke teras belakang rumahnya dan memanggil kami berdua. Meneruskan belajar kelompok kami yang akan menghadapi ujian beberapa bulan lagi. Ia tersenyum dan menyentuhkan jarinya di pergelangan tanganku sebelum beranjak pergi. Dari kejadian singkat ini aku sudah mahfum kalau ia memang istimewa. Jika semua rokok di dunia sudah habis dan aku mempunyai batang terakhirnya. Maka rokok itu akan kuberikan padanya. Agar ia dapat menikmati kenikmatan dunia terakhir yang tersisa.

***

Wanita – Sekarang
Rasanya aneh, biasanya setelah aku berbicara dengan suamiku. Rasa rindu akan berdesir kencang seperti ombak yang berdebur di dalam nadi. Namun kali itu rasanya hampa. Aku masih sempat mengatakan aku mencintainya, tepat setelah ia berkata ia mencintaiku. Dahulu waktu kami baru menikah. Perkataan itu mempunyai arti yang sangat dalam sampai tak dapat kudefinisikan. Sekarang perkataan itu telah berubah menjadi rutinitas semata.
Supir taksi yang membawaku tampak melirik dari kaca depan. Atau mungkin ia sedang melihat kaca spion? Aku berusaha tidak memikirkan itu. Alih-alih, aku menatap jalanan malam yang lengang. Kota ini sudah berubah. Di sana-sini terlihat pembangunan. Namun entah mengapa aku merasa lega. Kungkungan beton di tempat ini membuat jiwaku terasa lepas. Entah mengapa.
Lampu merah sekali lagi. Beberapa tukang becak tampak tertidur di dalam becak yang mereka parkirkan di pinggir jalan. Dahulu sekali aku sering menaiki becak dengan lelaki yang sangat kukenal. Waktu itu bahagia sangat kurasakan. Sampai-sampai masa depan terasa tidak menakutkan dan masa lalu tidak penting untuk dipertanggungjawabkan.
Aku membuka kaca taksi. Mencoba menyesap aroma kehidupan malam. Ada aroma dan warna tertangkap dan sulit untuk kulepas. Aku menepuk bahu supir taksi dan menyuruhnya untuk menunggu sejenak. Aku membuka pintu dan berjalan ke arah aroma dan rasa itu lahir. Sekembalinya aku dari luar, aku turut membawa seikat mawar merah untuk menemani kembali perjalananku.

***

Lelaki – Sekarang
Dengan nanar aku melihat asap terakhir yang mewarnai langit malam dengan sejumput putih. Kuarannya menghilang disaput dinginnya malam. Kusandarkan tubuhku di samping mobil. Sambil merapatkan jaketku untuk menghalau pelukan malam.
Satu setengah jam lagi hari akan berganti. Aku mulai bertanya-tanya apakah wanita itu lupa? Atau mungkin aku saja yang terlalu bodoh untuk menyadari bahwa hidup terus berjalan dan kenangan akan memudar? HPku berdering lagi. Menyentakku dari sejuta pikiran. Bertahun-tahun lalu di tempat ini kejadian yang tak mungkin kulupakan terjadi. Nurani sialku pun iba terhadap wanita yang menelponku sedari tadi. Kehadirannya ternyata tak mampu menggantikan kenangan yang semakin usang.
Suara jangkrik lagi. Dan lagi-lagi suaranya membuatku kesal. Tapi ada suara lain yang membuatku awas. Suara mobil yang berhenti tepat di ujung jalan. Dari dalamnya sesosok wanita keluar. Jantungku menggedor dadaku tanpa sebab. Aku menarik napas. Mencoba mengendalikan emosiku yang mendadak liar tak terkendali.
Semakin dekat, rambut panjangnya dulu berubah. Semakin dekat, matanya yang jernih menatapku tanpa mengganti arah. Semakin dekat, tangannya terangkat membawa sebuket mawar merah. Dan ketika ia sudah berada di depanku. Wajahnya menunjukkan ekspresi marah yang membuatku jengah.
Dan aku terdiam. Mendengar lagi nyanyian penuh nafsu dari jangkrik malam.

***

Wanita – Dulu
Ciumannya terasa hangat. Seperti bergelung di dalam selimut saat hari hujan. Saat bibir kami menjauh, tawa canggung mengalir deras dari dalamnya. Aku menatap matanya lekat saat ia membawa tangannya menelusuri pipiku. Dan kemudian, bibir kami menyatu lagi.
Kejadian ini berlangsung setelah tiga minggu kami resmi berpacaran. Kami berdua berjalan menyusuri kota menaiki becak. Lalu berhenti di sebuah taman kecil yang mempunyai pohon beringin raksasa. Entah siapa yang memulai. Sepertinya tangan alam semesta memainkan tali boneka kami berdua dengan lincahnya. Kami berciuman lagi dan lagi sampai mulutku terasa kering.
Kemudian ia mengeluarkan rokoknya. Di sela-sela asap putih, kami berbagi bayangan tentang masa depan. Ia akan kembali ke kota asalnya. Dan aku akan tetap berada di sini. Dengan naifnya akan menunggu ia kembali. Atau mungkin dengan keras kepalanya akan mengejarnya sampai nanti.
Ia memegang kepalaku dengan lembut sambil menenangkanku. Ia berkata untuk tidak menakuti masa depan. Hanya di depanku saja ia dapat berubah menjadi semanis ini. sementara di depan yang lain ia selalu saja diam dan sentimental. Dan untuk itu aku bahagia. Karenanya ia tak perlu memakai topeng saat bersama denganku.
Ketika hari sudah malam. Kami berciuman sekali lagi dan dia akan mengantarku sampai rumah. Sementara aku menatap punggungnya yang menjauh dari kamarku. Aku akan memegang bibirku dan kembali mengingat kehangatan itu.

***

Lelaki – Dahulu
Lelaki bodoh adalah lelaki yang membuat wanita mengeluarkan air matanya. Ayahku sering berkata demikian. Dulu aku berpikir kalau kata-kata itu adalah taktiknya agak aku tak menjahili adik perempuanku. Namun sekarang aku baru mengerti artinya. Ketika wanita yang kucintai menangis sedari tadi. Dan bodohnya lagi aku tak dapat mendekapnya.
Ia mengurung dirinya di dalam kamar mandi. Tersedu-sedu sampai dapat kurasakan getarannya dari balik pintu. Harusnya hari ini menjadi hari bahagia kami. Hari terakhir ujian dan kami lepas dari segala kungkungan akademi. Namun yang ada, sisa hari ini kami habiskan dalam kesedihan.
Aku meminta maaf padanya. Ulang dan berulang kali. Namun perkataan itu ia jawab dengan tangisan. Aneh sekali rasanya. Tadi pagi kulalui dengan gelisah karena ujian yang akan kami lalui. Lalu siangnya kami habiskan dalam kelegaan. Sorenya kami tersapu badai kebahagiaan setelah sebuah ketelanjangan yang kami rayakan. Dan malamnya kami habiskan dengan kesedihan yang terasa membodohkan.
Akhirnya saat aku tak tahu lagi harus berkata apa. Aku pun ikut duduk menyandarkan tubuhku di pintu. Karena aku tahu ia melakukan hal yang sama di balik pintu yang lain. Dan saat tangis wanita yang kucintai tak kunjung berhenti. Aku pun ikut menjatuhkan air mata dan menangis.
Setelah tadi menyatukan diri dalam cairan. Kini kami kembali bersatu mengeluarkan cairan.

***

Wanita – Sekarang
Barulah aku menyadari kehebatan dari sang waktu. Wajahnya yang dulu muda sekarang tampak dewasa dan berwibawa. Aku mengucapkan halo sambil menyapa dirinya. Ia membalasku dengan suara serak tak bahkan tak dapat digerus waktu. Aku ingin sekali berbagi cerita. Tapi sayangnya aku tahu bahwa waktu tidak akan pernah menunggu. Ia mengambil kotak dari dalam mobilnya. Setelah itu kami berjalan menembus malam berdua.
Taman ini tampak berubah. Rumputnya menjadi tak terawat. Pohon beringin raksasa itu seperti mengerdil dan tak nampak. Karena dahulu dari jarak sejauh ini aku sudah dapat melihat puncak daunnya. Namun sekarang hanya kegelapan malam saja yang berhasil kulihat.
Ujung jarinya tampak mengenai sedikit jariku saat kami berjalan beriringan. Kejadian itu tidak berlangsung lama. Karena ia langsung sigap berjalan di depanku dan menyingkapkan rumput tinggi yang menghalangi jalan kami. Aneh, tujuh belas tahun berlalu dan ini adalah pertemuan pertama kami. Ingin sekali aku menghambur ke pelukannya dan bercerita tentang masa yang berjalan tanpa terasa. Tapi kami diam. Tidak tahu harus berkata apa.
Pikiranku terpotong seketika ketika mataku mulai menangkap keganjilan yang tampak tak nyata. Pohon yang dulu berdiri kokoh itu telah hilang. Sisa batangnya telah berubah menjadi tunggul kayu yang menghitam. Entah mengapa lututku terasa lemas dan aku duduk terjatuh menghantam bumi. Di tengah senggukanku yang datang dengan konyolnya. Dapat kurasakan rengkuhan tangan kokohnya memeluk tubuhku dengan hangat.

***

Lelaki – Dulu
Dapatkah kau disebut sebagai pembunuh ketika kau menghabisi nyawa seseorang yang bahkan belum sempat mengecap napas dunia?
Jantungku memukul-mukul dadaku dengan keras sedari tadi. Seakan memberi isyarat padaku untuk kabur dari tempat terkutuk ini. Tapi tangisan wanita di sampingku membuat kakiku bertahan. Diam-diam aku berpikir apakah rasa bersalah ini dapat tercuci habis dari hidupku setelah semua ini usai?
Namanya dipanggil masuk. Dan aku dilarang untuk ikut. Saat-saat itu adalah saat paling terkelam dalam hidupku. Aku tersungkur menghujam lembah. Di tengah keramaian tempat ini, aku merasa kesepian. Detik demi detik berlalu dan setiap hitungannya membuatku semakin pilu.
Dalam papahan wanita lain ia keluar. Mukanya menyiratkan kesedihan dan kemarahan tak terpancarkan. Aku ingin menangis, tapi tersadar bahwa aku harus berusaha tegar demi wanitaku yang satu ini. Setelah wanita lain tadi melepaskan papahannya. Aku menangkap tubuhnya yang terhuyung dan memeluknya erat.
Dalam kehangatan pelukannya, kami berdua sadar bahwa kami telah menjadi pembunuh.

***

Wanita – Dulu
Tangannya terayun keras menghantam bumi. Mencoba membuat sebuah lubang di atasnya. Sementara aku duduk di salah satu akar pohon beringin yang menonjol tanpa malu. Sambil menggenggam plastik hitam yang sekarang mengeluarkan bau amis masuk ke hidungku.
Ketika ia merasa dalamnya cukup. Ia mengulurkan tangannya yang penuh keringat bercampur tanah ke arahku. Aku menyambutnya dengan tergugu. Air mataku kembali menggumpal saat plastik itu kami tanam. Tanpa ada doa ataupun upacara yang layak. Anak kami dan aib yang menyertainya telah hilang dengan rapat.
Perasaanku kian mendingin. Air mataku sudah habis terkuras, begitu pun energiku. Setelah ia kembali menutup lubang tadi. Ia memelukku kembali dan mulai menangis. Menangis tersedu sambil mengeluarkan ratapan pilu. Aku semakin mengencangkan pelukanku padanya. Tahu bahwa ia sendiri belum sempat mengucapkan rasa berkabung dan bersalahnya karena terlalu sibuk untuk tetap tegar demiku.
Kami terus berpelukan. Tanpa menyadari bahwa itu adalah pelukan terakhir kami.

***

Lelaki – Sekarang
Aku menarik batang kayu besar dan menaruhnya di samping makam yang kami buat tujuh belas tahun lalu. Diatasnya kami duduk bersampingan sambil terdiam karena sibuk dengan pikiran masing-masing.
Ia menaruh bunga yang ia bawa di atas makam tadi. Sementara aku membuka kotak yang kubawa. Menaruh sebuah kue ulang tahun dan lilin berbentuk angka tujuh belas. Kutarik korek api dari kantung celana lantas mulai menyalakan lilin di atasnya. Dengan begitu saja kami memulai ulang tahun paling nelangsa sejagad raya.
Setelah lagu ulang tahun yang kami nyanyikan dengan sumbang. Kami mulai bercerita tentang penyesalan yang usang dan kata maaf yang terlambat datang. Lambat laun aku mulai sadar bahwa cincin kawin yang ia pakai adalah bukti sahih yang membuat hatiku teriris perih. Aku memberinya selamat sambil memasang topeng penuh senyuman yang menyesatkan.
Namun ia menangis. Ia merindukan anak yang tak pernah kami besarkan. Mengenang pernikahan yang tak pernah kami langsungkan. Dan mengingat ciuman yang dulu kami lakukan. Namun waktu tidak pernah merubah intuisi seseorang. Aku bertanya dengan lembut apa yang sebenarnya ia takutkan. Dengan bisikan yang hampir tak terdengar ia berkata bahwa rahimnya mendapatkan trauma seperti yang dialaminya. Tujuh belas tahun lalu ketika ia menggugurkan anak kami, ia pun turut menggugurkan kesempatannya untuk mendapat anak yang lain lagi.
Dan ketika ia selesai mengatakan hal tadi, suara jangkrik kembali berbunyi.

***

Wanita – Sekarang
Aku teringat tentang kenangan malam sunyi. Saat aku bercerita dan ia selalu menjadi pendengar yang setia. Tujuh belas tahun berlalu dan ia masih sama. Telinganya masih terbuka untuk kubacakan nyanyian senandung semesta. Namun kali ini, setelah aku berbagi kesedihanku padanya. Aku mulai bertanya.
Ia berkata ia masih sendiri. Sangat kuherankan mengapa itu terjadi. Entah berapa manusia kuhitung jatuh ke dalam pesonanya. Ketika aku bertanya sebuah alasan pasti, ia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum penuh misteri.
Waktu sudah lewat dari tengah malam. Dan janji kami untuk bertemu kembali pun sudah terpenuhi. Sementara aku harus pergi untuk mengejar pesawat kembali. Ia berdiri dan menawarkan tumpangan untuk sampai ke bandara. Aku berjongkok sambil kembali melontarkan penyesalan yang tak berarti. Dan ia pun turut terdiam, membisikkan kata maaf yang terlambat untuk disadari.
Kami berjalan beriringan. Masuk ke mobil dan melindungi diri dari sentuhan angin malam. Kenangan masa lalu kembali mengalir deras. Sementara aku menatap kuburan anak kami, mobilnya berjalan menembus jalan. Mungkin aku tidak tahu apa yang akan ditawarkan hidup esok hari. Namun aku berbalik dan mengukir janji kepadanya untuk kembali lagi.
Dan ia setuju. Satu tahun lagi, di tempat ini. Kami akan kembali berkabung untuk masa lalu yang kami khianati dan masa depan lain yang tak mungkin kami miliki.


Jumat, 08 Mei 2015

[puisi] Lepas

Lepas


Mengapa ada pertemuan bila selalu berakhir dengan perpisahan?  Bahkan cinta paling sejatipun harus tunduk pada kematian. Lantas, mengapa kita mencoba untuk bertahan?

Seringkali kau berkata nikmatilah momen ini. Saat kau dan aku mencoba untuk saling mengerti. Saling mengenal dan saling melengkapi. 

Aku mencintaimu terlalu dalam. Dan kau berbisik dirimu kesakitan . Karena sinar mentari pagi pun dapat membakar. Dan angin semilir dapat memporak-porandakan. 

Lalu kita pun menjauh. Seperti ufuk dan senja. Layaknya pucuk dan tanah rata. Cintaku mencair pelan, seperti rintik hujan menuruni dinding bata. 

Mungkin kita harus belajar. Karena dalam setiap perpisahan, manusia mendapat pengalaman. Karena itu marilah kita belajar. Tentang ilmu melepaskan dan pelajaran mengikhlaskan. 

Mungkin kau akan terus hidup dalam bayangan. Dan aku akan terus hidup dalam kenangan. Karena itu aku berdoa biarlah datang padamu cahaya baru yang menghapus bayanganku di hidupmu. Dan dan doakanlah pertemuan baru padaku agar menghapus kenanganmu di hidupku. 

Mengapa ada pertemuan bila selalu berakhir dengan perpisahan? Karena kita akan terus belajar. Terus belajar sampai kita menjadi benar. Dan dalam kebenaranlah, pertemuan sejati dapat ditemukan

Minggu, 01 Februari 2015

15 Siblings Theme Movies

Sebagai pusat dan tempat pertama hubungan dalam hidup manusia dimulai, rasa-rasanya tema tentang persaudaraan dan kekeluargaan sudah banyak diangkat ke dalam film. Berikut adalah lima belas judul dari sekian banyak film-film bertema serupa yang bisa anda cari tonton. Precaution, penjelasan beberapa film di list ini mungkin mengandung spoiler meskipun sudah ditulis dengan sangat teliti untuk menghindarinya. So, you've been warned.


1.               Grave of the Fireflies (火垂るの墓; Hotaru no haka) (1988 – Japan)
            Director           : Isao Takahata
The Sibling      : Seita dan Setsuko
 
Sepertinya tidak ada film animasi yang dibuka dengan adegan sedepresi film yang satu ini. Seorang anak kecil terkulai di stasiun dan sudah hampir meninggal. Seita baru berumur empat belas tahun saat ia meninggal malam itu. Dan ketika arwahnya yang berbentuk kunang-kunang terbang dan bertemu lagi dengan adiknya yang sudah terlebih dahulu menjadi kunang-kunang. Cerita kedua kakak beradik ini pun bergulir dalam satu kisah balik yang menyentuh hati. Bahkan ketika anda tidak punya hati sekalipun.
Berlatar belakang di bulan-bulan terakhir pada masa perang dunia kedua. Grave of the Fireflies adalah sebuah film yang, ternyata, bukan membawa tema tentang anti war. Seperti yang kebanyakan orang duga. Sang sutradara Isao Takahata berkata bahwa film ini sendiri lebih menekankan tentang bagaimana sepasang kakak-beradik yang menjalani kehidupan yang susah karena isolasi dari masyarakat.


2.               Warrior (2011 – USA)
Director           : Gavin O’Connor
The Sibling      : Tommy Riordan Conlon and Brendan Conlon
Brendan dan Tommy dalah dua orang kakak beradik yang terpisah selama beberapa tahun. Dikarenakan Tommy kabur bersama sang ibu, meninggalkan ayah mereka yang pemabuk dan abusive. Beberapa tahun berselang, Brendan sudah menjadi guru matematika yang tengah membutuhkan uang dan Tommy sudah kembali dari masa tugasnya sebagai tentara. Mereka berdua bertemu kembali dalam sebuah reuni yang tidak dapat terduga – di dalam ring pertarungan MMA (Mixed Martial Art).
Film yang sangat menggigit dengan emosi yang ditampilkan para pemainnya. Dalam Warrior anda dapat melihat kecemerlangan akting dari Joel Edgerton dan Tom Hardy. Begitu juga dengan Nick Nolte yang berperan sebagai ayah pemabuk kedua saudara ini, kemampuan aktingnya dalam Warrior mengantarkan nominasi Oscar untuk Nick Nolte.


3.               Aftershock (Tang Shan Da Di Zhen) (2010 – China)
Director           : Feng Xiaogang
The Sibling      : Fang Deng and Fang Da
Film ini kemungkinan besar menghabiskan sebagian besar bugdetnya untuk adegan gempa bumi yang ada di awal film. Aftershock sendiri mengangkat kisah dari kejadian nyata, yakni gempa bumi yang melanda daerah Tangshan pada tahun 1976. Dan seperti judulnya, film ini akan membeberkan banyak cerita setelah kejadian gempa bumi tersebut. Sehingga membuat gempa bumi hanyalah penggerak dari cerita film ini, bukan sebagai inti utama.
Da Qiang hanyalah seorang supir truk biasa yang hidup dengan istri dan kedua anak kembar mereka. Pada tahun 1976 gempa bumi melanda daerah tempat mereka tinggal. Membuat si kembar Fang Deng and Fang Da terjebak dalam reruntuhan sehingga Yuan Ni, sang ibu, pun harus mengambil satu keputusan. Siapakah salah satu dari anaknya yang harus ia selamatkan.


4.               The Kite Runner (2007 – USA)
Director           : Mark Forster
The Sibling      : Amir Qadiri and Hassan
Diangkat dari novel best seller buah tangan dari Khaled Hosseini. The Kite Runner menceritakan tentang dua orang anak kecil. Hassan si anak pelayan dan Amir yang merupakan anak sang majikan. Tapi mereka berdua disusui oleh wanita yang sama, yang diceritakan dalam novelnya membuat ikatan mereka lebih kental dari ikatan darah.
Berlatar diAfganistan pasca jatuhnya monarki Afghanistan dalam invasi Soviet. Amir kecil yang selalu mencoba mendapat perhatian ayahnya harus mengorbankan Hassan sebagai “martir”. Tahun-tahun berlalu dan rasa bersalah Amir terhadap Hassan masih tersimpan sampai akhirnya Amir pun harus kembali ke Afganistan setelah tinggal lama di Amerika, dan menghadapi rasa bersalah serta masa lalunya.


5.               Incendies (2010 – Canada)
Director           : Denis Villeneuve
The Sibling      : Jeanne Marwan and Simon Marwan
Adalah sebuah film drama misteri asal Kanada yang berhasil masuk dalam nominasi Best Foreign Language Film dalam ajang Academy Awards tahun 2011. Incendies memakai banyak flashback di dalam ceritanya sehingga penonton harus pintar merangkai adegan. ditambah lagi dengan twist yang sedikit “sakit” dan tidak terduga membuat film ini menjadi sangat menarik.
Berlatar belakang akan kejadian dalam perang sipil di Lebanon. Incendies bercerita tentang perjalanan dari dua saudara kembar, Jeanne dan Simon Marwan, pasca kematian ibu mereka. Dimana sang Ibu menitipkan pesan kepada kedua kembar ini untuk mencari ayah dan saudara kandung yang tidak pernah mereka kenal sebelumnya. Satu persatu, masa lalu ibu dan mereka sendiri pun terungkap.



6.               Son Frère (His Brother) (2003 – France)
Director           : Patrice Chéreau
The Sibling      : Thomas and Luc
Film asal Prancis dengan judul internasional His Brother ini berhasil membawa nama Patrice Chéreau di Best Director dalam ajang Berlinale tahun 2003. Tidak hanya itu, penampilan Bruno Todeschini sebagai Thomas berhasil membawa pulang beberapa piala penghargaan sebagai aktor terbaik. 
Diangkat dari novel yang berjudul sama karangan Philippe Besson. Son Frère bercerita tentang dua orang saudara terasing Thomas dan Luc. Suatu hari Thomas datang ke apartemen Luc untuk meminta Luc menemaninya selama pengobatannya berlangsung. Tanpa diketahui oleh adiknya sendiri, Thomas menderita penyakit parah yang mengancam hidupnya. Dua saudara ini pun mencoba untuk mengesampingkan masalah yang pernah mereka alami demi kesehatan Thomas.



7.               Shame (2011 – UK)
Director           : Steve Mcqueen
The Sibling      : Brandon Sullivan and Sissy Sullivan
Film ini menuai sensasi pada saat perilisannya ini dikarena adegan full frontal nudity pertama yang dilakukan oleh Michael Fassbender. Ditulis dan disutradarai oleh Steve Mcqueen, film ini berseting di New York dikarenakan budget untuk film ini tidak mencukupi untuk melakukan syuting di London.
Bercerita tentang Brandon, lelaki berusia tigapuluhan yang sepertinya mempunyai segalanya dalam hidup; pekerjaan yang stabil, apartemen mewah, serta hubungan yang baik dengan para wanita. Hanya saja Brandon adalah seorang pecandu seks. Suatu ketika, adik dari Brandon datang dan mengubah kehidupan Brandon secara drastis.


8.         Sister (L'Enfant d'en Haut) (2012 – Swiss)
Director           : Ursula Meier
The Sibling      : Louise and Simon
Sempat diputar di Jakarta pada pagelaran Europe on Screen tahun 2013. Sister atau yang berjudul asli L'Enfant d'en Haut adalah pemenang Special Award, the Silver Bear dalam ajang 62nd Berlin International Film Festival. Pun merupakan entry Swiss untuk Best Foreign Language Film. Namun hanya berhasil masuk ke shortlist dan tak mampu untuk menembus nominasi.
Bercerita tentang dua orang kakak beradik dengan umur yang berbeda jauh, Louise dan Simon. Yang tinggal di daerah Sky Resort di pegunungan Swiss. Dimana Simon seringkali mencuri dari pengunjung resort yang kaya raya demi kakaknya


 
 9.               A Tale of Two Sisters (장화, 홍련; Janghwa, Hongryeon) (2003 – South Korea)
Director           : Kim Jee-woon
The Sibling      : Bae Su-mi and Bae Su-yeon

Diadaptasi dari kisah rakyat pada masa Dinasti Joseon yang berjudul Janghwa Hongryeon jeon. Film ini adalah film Korea Selatan pertama yang ditayangkan di bioskop-bioskop Amerika Serikat dan telah diremake dengan judul Uninvited pada tahun 2009.
Bercerita tentang Su-mi, pasien rumah sakit jiwa yang dibebaskan untuk kembali ke rumahnya dan berkumpul kembali dengan ayah dan saudarinya, Su-yeon. Namun semenjak kembali ke rumah itu Su-mi dihantui oleh hantu ibunya dan berkonfrontasi dengan ibu tirinya.



 10.           Oculus (2013 – USA)
Director           : Mike Flanagan
The Sibling      : Kaylie Russell and Tim Russell
Sebuah pengembangan dari film pendek sang sutradara Mike Flanagan yang berjudul Oculus: Chapter 3 – The Man with the Plan. Oculus melakukan premiere di Toronto International Film Festival pada tahun 2013. Pada awalnya film horor ini akan diambil dengan menggunakan teknik found footage, sebuah ide dari studio yang akhirnya ditolak oleh sang sutradara.
Dibintangi Karen Gillan sebagai Kaylie, perempuan muda yang percaya bahwa cermin yang ada di rumah masa kecil mereka adalah penyebab semua bencana yang terjadi dihidup mereka berdua. setelah adik lelakinya keluar dari rumah sakit jiwa, Kaylie pun mengajaknya untuk pergi ke rumah masa kecilnya dan menghancurkan cermin tersebut. 





11.       The Raid: Redemption (Serbuan Maut) (2011 – Indonesia)
Director           : Gareth Evans
The Sibling      : Rama and Andi
Sebuah film yang berhasil membawa nama Indonesia dan Pencak Silat ke pentas dunia. Mungkin film ini lebih dikenal dengan tema survivalism dan action yang cepat. tapi perlu diingat bahwa motif persaudaraanlah yang menggerakkan cerita dalam film ini, bahkan motif yang sama juga terus dipakai sampai film kedua.
Rama adalah polisi baru yang masuk ke dalam tim penyergapan sebuah apartemen yang dipakai sebagai sarang kriminal. Padahal alasan sesungguhnya Rama ikut serta dalam penyergapan itu adalah demi mencari abangnya, Andi. Dan jangan lupakan pertarungan epik kedua kakak-beradik ini melawan musuh terkuat di dalam apartemen tersebut; Mad Dog.



 12.           East of Eden (1955 – USA)
Director           : Elia Kazan
The Sibling      : Aron Trask and Cal Trask
Film ini adalah satu-satunya film yang dirilis dan ditonton sepenuhnya oleh Almarhum James Dean, icon remaja era lima puluhan dan salah satu pemeran utama film ini, sebelum ia meninggal. Aktor Paul Newman sendiri hampir mendapat peran sebagai kakak dari karakter James, namun akhirnya peran itu jatuh ke tangan aktor yang bahkan belum pernah bermain film sebelumnya, Richard Davalos.
Menceritakan kembali tentang kisah Kain dan Abel. East of Eden berseting di Lembah Salina pada masa perang dunia pertama, Aron dan Cal adalah dua kakak beradik yang bersaing untuk merebut perhatian ayah mereka. Dimana sang adik cemburu terhadap perhatian sang ayah yang dianggapnya tak adil karena terlalu menyayangi kakak lelakinya.



 13.           Atonement (2007 – UK)
Director           : Joe Wright
The Sibling      : Cecilia Tallis and Briony Tallis
Mendapatkan banyak penghargaan pada tahunnya, film dengan nominasi terbanyak di Golden Globe, 14 Nominasi di BAFTA, 7 nominasi di Oscar, berbagai festival kelas dunia, dan nomor satu di top ten list beberapa kritik film. Rasanya tak heran kalau film ini menjadi film yang paling banyak diperbincangkan pada tahun 2007.
Atonement bercerita tentang Briony Tallis, seorang penulis muda berusia tiga belas tahun yang mengubah kehidupan kakaknya dan kekasihnya dengan fitnah tentang aksi kriminalitas yang tidak dilakukan oleh kekasih kakaknya tersebut. Sebuah fitnah yang berpusar selama enam dekade dari awal tahun 1930.



 14.           Taegukgi: The Brotherhood of War (태극기 휘날리며; Taegukgi Hwinallimyo) (2004 – 
            South Korea)
Director           : Kang Je-gyu
The Sibling      : Lee Jin-tae and Lee Jin-seok
Pada saat perilisannya, film ini adalah film terlaris Korea Selatan. Dengan lebih dari sebelas juta penonton. Dibintangi oleh Jang Dong-gun dan Won Bin. Judul film ini sendiri diambil dari lambang Republik Rakyat Korea sebelum perang dan juga lambang negara Korea Selatan saat ini.
Film perang ini dibuka dengan ekskavasi area perang untuk membangun sebuah patug memoriam, dimana tim ini mengidentifikasi sebuah peninggalan dari lelaki tua. Kemudian cerita pun bergulir tentang dua orang saudara, sang penyemir sepatu Lee Jin-tae dan adiknya Lee Jin-seok, yang terjebak dalam perang ketika Korea Utara menyerang Korea Selatan pada tahun 1950.



 15.          Hide Your Smiling Faces (2013 – USA)
Director           : Daniel Patrick Carbone
The Sibling      : Tommy and Eric
Sebuah film indie asal Amerika dengan nuansa ala film Eropa. Dibuka dengan adegan seekor ular kecil yang memakan ikan yang jauh lebih besar dari tubuhnya seakan-akan menggambarkan mood yang ditawarkan oleh debut film yang juga ditulis sendiri oleh sang sutradara, Daniel Patrick Carbone.
Hide Your Smiling Faces bercerita tentang dua orang kakak beradik muda, Tommy dan Eric. Saat mereka berdua harus menghadapi sebuah tragedi di tempat tinggal mereka, sebuah pedesaan kecil di Amerika. Dan bagaiman tragedi tersebut berpengaruh terhadap kehidupan mereka berdua.