Jika berbicara
mengenai perfilman Turki. Maka yang saya ketahui sama besarnya dengan
pengetahuan saya mengenai mesin nuklir atau cara menghancurkan hati wanita, nol
besar. Maka ketika saya menonton Bi
Küçük Eylül Meselesi, saya benar-benar tidak menyimpan ekspektasi apa-apa. Dan syukurlah
ketika film ini selesai, saya hanya dapat berpikir. Sh!t, this movie was surprisingly great.
Dibuka dengan satu adegan long shot yang mengenalkan kita pada sosok Eylül
(Farah Zeynep Abdullah). Tipikal gadis perkotaan cantik yang untungnya tidak
alay seperti gadis perkotaan di Indonesia. Eylül mengalami kecelakaan fatal
sehingga mengidap short term memory loss.
Dengan bantuannya temannya yang bernama Berrak (Ceren Moray), ia pun pergi
ke Pulau Bozcaada untuk mencari kembali serpihan memorinya yang hilang.
Di pulau itu ia bertemu dengan Tekin (Engin Akürek) yang kadang dipanggil
dengan nama Tek atau Lone, bahkan sampai akhir film pun saya tidak mengetahui
siapa sebenarnya nama panggilan si Tekin ini. Seorang pelukis asli penduduk
pulau yang menderita Agoraphobia dan, keanehan lain dari karakter ini, tidak
bisa berenang walau tinggal di tepi pantai sepanjang hidupnya.
Intinya adalah, seperti film romance lainnya, mereka berdua bertemu di
pulau ini dan Tekin meyakinkan Eylül kalau mereka berdua saling mencintai. Eylül
sendiri tidak mempercayai cerita Tekin karena tidak mungkin gadis kota cantik
seperti dirinya bisa mencintai pemuda kampung yang buruk rupa, walaupun wajah
Tekin sebenarnya tidak dapat dibilang buruk rupa. Sepanjang film kita akan
dibawa ke kisah Tekin yang meyakinkan Eylül kalau mereka berdua saling
mencintai dan perjuangan Eylül untuk mendapatkan kembali ingatannya yang
hilang.
Dibesut dengan cantik oleh sutradara Kerem Deren yang juga menulis
skenario dari film yang dapat diartikan judulnya sebagai A Little September
Affair. Tidak seperti film-film Eropa yang kebanyakan mempunyai ending menggantung yang kurang ajar dan
membuat kita tak bisa tidur, segala penjelasan mengenai kisah Eylül dan Tekin
terjawab dengan pasti di akhir film. Bahkan sebuah twist yang membuat para wanita dan lelaki yang berhati melankolis
akan menangis bombay tidak dapat tertebak dengan mudah.
Jalinan kisah Eylül dan Tekin terbingkai dalam gambar cantik Pulau Bozcaada
yang tertangkap cantik oleh sinematografer Gökhan Tiryaki, seorang DoP kondang asal Turki. Tapi acungan jempol
terbanyak justru harus diberikan kepada dua orang karakter utama film ini, Farah
Zeynep Abdullah sebagai Eylül dan Engin Akürek sebagai Tekin. Keduanya bermain
pas tanpa berlebih. Belum lagi chemistry antara mereka berdua yang sangat believeable tanpa dibuat-buat.
Akhir kata, film ini sangat layak untuk ditonton. Apalagi saya pernah
membaca entah dimana kalau film ini adalah film yang kembali mengangkat
perfilman Turki. Seperti film Ada Apa Dengan Cinta yang juga mengangkat kembali
perfilman Indonesia.
>,<