Jumat, 07 Oktober 2016

[puisi] Lagom


Risalah ini seperti menanti sang fajar. Menunggumu laiknya gelap yang teredam. Diam-diam aku pun berharap sang surya segera datang. Agar bayangmu menghilang dan digantikan kenyataan.

Orpheus menyanyikan nada kasih penuh harap. Dan aku sejatinya membenci harapan. Namun berharap padamu seperti berjalan dalam kegelapan. Maka berilah aku sedikit terang tanpa kebohongan, di dalam jalanku mencari jalan pulang.

Kau seperti ombak. Datang dan hadir begitu cepat, menyapu bersih pasir berserak di pantai yang rusak. Kau adalah ombak dan akulah pantai rusak yang kau sapu bersih tak berjejak.

Kini semua masa lalu menjadi bayangan kabur tak berarti. Marilah kita menikmati masa ini dan merajut waktu nanti. Keluh kesahmu telah menjadi khawatirku. Dan kisahmu telah menjadi pengertianku.

Yakinlah bahwa hati ini masih berharap padamu. Walau bimbang mengguncang seperti ombak menghantam karang. Namun di pantai ini aku akan terus berjuang. Berjuang untuk mendapatkanmu seorang.

Oleh karena itu biarlah senja ini menjadi saksi dan puisi ini menjadi definisi. Bahwasanya harapku tak akan hilang walaupun pagi hadir kembali. Alih-alih, aku semakin terjatuh dalam sosokmu yang tak lelah menetap di hati.

Senin, 26 September 2016

[Puisi] petræ


Rasa hanya mampu membawa ilusi, tanpa pernah memberi jawaban pasti. Apakah rasa yang kurasa ini semu tak berarti? Atau malah mampu membuatku percaya pada arti cinta lagi?

Oleh karena itu marilah kita bercinta dalam sunyi dan berbagi masa lalu dalam sepi. Karena dalam gelap wujud sempurnamu tidak nampak, namun rasa nyaman yang kau bawa berkobar deras nan berderap

Kuijinkan kau masuk ke dalam hatiku. Namun bawalah cahayamu sendiri. Sebab orang lain memecahkan lampu-lampu di dalamnya. Pakailah penutup kakimu, karena pecahan belingnya masih belum habis tersapu.

Kau adalah langit yang selalu kukhayal di kala siang dan kurengkuh di waktu malam. Aku menyukai hujanmu, terikmu, dan mendungmu. Apalagi dalam cerah dan sejukmu.

Yang kutahu bunga bermekaran selalu menarik kumbang. Yang kupelajari indahnya bulan hanyalah refleksi dari sang bintang. Yang tidak mungkin kutahu dan dapat kupelajari adalah, refleksi manakah yang membuatmu tertarik di dekatku?.

Selasa, 05 Januari 2016

Best 15 Short Films from 2015


Kembali lagi kita merayakan tahun baru dengan membuat list best of dari berbagai hal yang terjadi di tahun sebelumya. Seperti awal tahun lalu, tahun ini list dari film pendek terbaik yang ditonton selama tahun 2015 pun telah dipilah dan dikurasi *uhuk* khusus untuk anda penikmat barang gratisan.

2015 sepertinya menjadi tahun untuk menertawakan kematian dan mendalami hubungan antara pria dan wanita. Karena dua tema ini seringkali muncul dalam setiap film yang terdapat dalam list ini. Nevertheless, semua film-film pendek dalam list ini dapat dilihat secara online dan free. Cukup klik gambarnya dan tab baru akan terbuka.

15. Breathe (Toby Meakins - UK)
https://www.youtube.com/watch?v=DpOMTMKQFc0
Memang butuh usaha keras untuk melihat gadis impian. Contoh saja dua orang ini. Mereka harus menahan napas demi melihat sosok gadis cantik. Semakin mereka menahan napas, sosok itu terlihat semakin nyata. Sampai sejauh manakah mereka mampu menahan napas demi melihat sang gadis? Keindahan memang seringkali tersembunyi di balik kesakitan. Dan cinta sejatinya mampu membuat manusia mampu melakukan apa saja.

14. Escargore (Oliver Hilbert - New Zealand)
Perpaduan CGI dan Live-action yang dikerjakan selama empat bulan oleh 22 orang mahasiswa ini mendapat hasil yang harus diacungi jempol. Bercerita tentang 5 sekawan yang tak sengaja terbawa keluar dari lingkungan mereka dan terbunuh satu-persatu. Hanya saja siapa yang menyangka bahwa kelima sekawan ini adalah gerombolan siput? Kemalangan 5 herbivora ini akan membawa tawa dalam setiap kematian mereka.

13. Sahar (Alexander Farah - Canada)
Sebuah film sederhana dengan konflik yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Akan tetapi Sahar menampilkan lebih dari konflik keluarga biasa. Tentang kemarahan seorang ayah, kesabaran seorang ibu, pemberontakan seorang putri, dan ketidakpedulian seorang putra. Sebuah racikan lengkap untuk membuat drama disfungsional keluarga yang dapat dinikmati semua orang.

12. Self Assembly (Ray Sullivan - Ireland)
https://www.youtube.com/watch?v=0afxXOnRbpc

Sebuah komedi gelap tentang pasangan suami istri yang mendapatkan ‘anak’ pengganti setelah anak mereka mati tertabrak mobil. Cukup gelap, bukan? Dibuat dengan nuansa cabar nan meresahkan, Self Assembly menjanjikan komedi yang cukup membuat penonton tersenyum bodoh dan tertawa ketir dengan tokoh di dalamnya.

11. The Pavement (Taylor Engel - USA)
https://www.youtube.com/watch?v=wQMG_V3piR0
Suatu malam, teriakan wanita dan tembakan pistol terdengar. Dengan gaya noir nan kelam dan struktur cerita yang unik. The Pavement membuka lembaran cerita yang semakin terang di tiap scenenya namun semakin gelap dalam pengungkapan twist yang ada. Pada akhirnya suara teriakan wanita dan letusan pistol yang terdengar mungkin tidak berarti apa-apa disbanding ‘kejatuhan’ sang narrator.

10. Invaders (Jason Kupfer - USA)
https://vimeo.com/138946032
Darah, darah, dan darah. Flm pendek yang satu ini tidak segan-segan menumpahkan darah para karakter di dalamnya. Dua orang perampok ini seharusnya lebih hati-hati dalam mencari mangsa yang akan mereka rampok rumahnya. Film ini memang berdarah, namun ada kejenakaan di balik setiap adegan gore di dalamnya. Siapa bilang darah tidak bisa menjadi semenyenangkan ini?

9. Bad Guy #2 (Chris McInroy - USA)
Sejatinya, pekerjaan apapun memang membuat lelah tidak peduli sebagaimana dan seberapa besar passion yang tertuang di dalamnya. Maka bayangkan pekerjaan seorang lelaki yang masuk ke dalam lingkaran mafia kejahatan dan terus naik kasta di dalamnya setelah serangkaian kematian dan kejahatan yang penuh komedi. Dengan practical effect yang mumpuni, maka siapkanlah mental untuk melihat tumpahan darah dimana-mana.

8. He Took His Skin Off For Me (Ben Aston - UK)
https://www.youtube.com/watch?v=P9jxakM9Poo
Memang sulit untuk menyenangkan hati wanita. Lelaki ini bahkan melakukan suatu hal yang sangat luar biasa bagi pasangannya. Seperti yang bisa dibaca di judulnya. Ia melepaskan kulit tubuhnya sendiri demi menyenangkan si kekasih. Terlepas dari kehebatan practical effect dalam film ini, dimana adegan pembukanya akan membuat anda gelisah dan merasa ngeri. Namun sejatinya film ini menggambarkan kerumitan sebuah hubungan. Bahwa sejatinya pengorbanan terkadang tidak dapat membawa suatu kebahagiaan dalam hubungan dua manusia.

7. We Were The Best (Tan Ce Ding - Malaysia)
https://www.youtube.com/watch?v=uXxxUoFzCzo
Sekelompok siswa merayakan kelulusan mereka dengan melakukan road trip bersama. Sungguh sebuah premis yang membangkitkan kenangan kita akan masa SMA. Akan tetapi sebuah tragedi mengubah hidup keempat remaja ini. Dengan shot yang dynamic, cerita yang enak diikuti, dan plot maju-mundur yang membawa kita menjadi saksi bagaimana masa lalu dapat membawa perubahan sedemikian besarnya ke masa depan kita..

6. Love En Route (Phuu Warrooms - Thailand)
https://www.youtube.com/watch?v=-cq_mMFl9_E
Cukup mengejutkan ketika mengetahui bahwa film pendek ini adalah iklan pariwisata dari negeri gajah. Sebuah kisah cinta tentang lelaki yang melupakan kenangan dan wanita yang menghidupkan ingatan. Dibuat dengan menampilkan sisi-sisi keindahan dari negara Thailand tanpa melupakan betapa menariknya cerita yang ditampilkan. Sungguh, kapan Pemerintah Indonesia dapat membuat film seperti ini?

5. Kung Fury (David Sandberg - Swedia)
https://www.youtube.com/watch?v=bS5P_LAqiVg
As cheesy as it sound, Kung Fury berhasil memadu absurdity dan komedi dengan mumpuni. Dibuat sebagai surat cinta kepada generasi 80an. Film pendek ini mungkin memang berdurasi paling panjang dalam list ini, tetapi juga menjadi film yang paling banyak dibicarakan. Sepertinya terlalu banyak blablabla untuk menjelaskan keunikan film ini tidak akan semenarik bila menontonnya sendiri.

4. Fresh Cut Grass (Robert Cullen - Irlandia)
https://www.youtube.com/watch?v=abhi2C37fPI
Sebuah animasi dengan grafis unyu dan lucu yang menceritakan perjalanan seekor anjing kecil untuk mencari kakaknya dan mengucapkan kebanggaan yang mungkin tak terdengar selama ini. Akan tetapi terkadang dalam hidup, bakat tidak membawamu kemana-mana. Maka anjing kecil ini pun harus menghadapi kenyataan pahit akan kejadian yang menimpa kakaknya.

3. The Gunfighter (Eric Kissack – USA)
https://www.youtube.com/watch?v=mYP-2UCS5nY
Seorang penembak berjalan masuk ke dalam bar dan menemukan bahwa ada sebuah suara yang mempermainkan dirinya – dan semua orang di dalam bar. Sebuah ide unik yang membobol dinding keempat dengan sempurna. Pada akhirnya, semua karakter dalam kisah ini telah disetir dengan sempurna oleh suara yang mungkin sangat menjengkelkan untuk didengar.

2. Abaddon (Rogerio Silva – UK)
https://vimeo.com/137448934
Sebuah puisi visual dengan tingkat kesenian tinggi. Dari segi musik, cerita, tata kamera, permainan warna serta efek yang memukau membuat film pendek ini terasa panjang dan dalam untuk dipahami. Lebih dari itu, tarian yang ditampilkan dalam film ini terasa memukau dengan gerakan yang anggun dan ritmis. Bercerita tentang perpisahan, kesakitan, dan penyucian. Sungguh, sebuah film yang memanjakan mata, rasa, dan karsa.

1. Division of Gravity (Rob Chiu – UK|France)
Adalah sebuah permainan waktu yang berjalan maju dan mundur pada waktu yang bersamaan. Disuguhkan dengan warna-warni syahdu nan menghangatkan yang membuat film ini terasa sangat sempurna. Ketika cinta yang sejati terkikis dengan perbedaan yang hakiki, maka kita akan menjadi saksi bagaimana takdir dan pilihan hidup memainkan tangannya kepada pasangan ini.
Division Of Gravity adalah sebuah kisah klasik dengan penuturan moden. Tidak hanya indah, film ini menghadirkan emosi dan empati tanpa menghilangkan nilai estetika dan artistik yang seringkali tidak dapat berjalan bersama-sama. Sungguh, cinta memang rapuh dan waktu akan meluruh.

Jumat, 12 Juni 2015

[puisi] Penantian


Ini adalah penantian yang penuh harap. 
Selaiknya penyair belunjur di atas atap. 
Menunggu inspirasi yang mengetuk masuk ke dalam otak. 
Diam-diam merangkai kata menjadi puisi yang cakap. 

Ini adalah penantian yang penuh luka. 
Seperti seorang ibu yang berkorban demi anaknya. 
Berpeluh kesah menghidupi sang buah cinta. 
Meratap-ratap sampai mereka kelak dewasa. 

Ini adalah penantian yang penuh tanda tanya. 
Seperti petani yang menyemai padi di pagi buta. 
Menunggu tunasan benih berbulan-bulan lamanya. 
Tanpa pernah tahu berapa banyak tuaian yang diterima. 

Ini adalah penantian yang penuh cemas. 
Seperti peziarah yang berjalan di bebatuan keras. 
Mendaki hari sampai tenaga terkuras. 
Terisau pilu dengan peluh yang menderas. 

Ini adalah penantian yang penuh papa. 
Seperti kupu-kupu yang menunggu dalam pupa. 
Menanti-nanti saat mereka berganti rupa. 
Menunggu sebuah asa di dalam hidup mereka yang hampa. 

Ini adalah penantian yang penuh tanda. 
Pada akhirnya kau dan aku akan berjumpa. 
Dan mungkin ini semua tidak akan berakhir bahagia. 
Tapi setidaknya aku pernah mengecap sang bahagia. 
Bersamamu dalam penantian dan perjumpaan kita. 

Senin, 08 Juni 2015

[puisi] Kau Adalah

Engkau adalah batu pijakan.
Tempat lelah kakiku menaruh harapan.
Tempat letih punggungku mencari tumpuan.
Tempat risau jiwaku menanti jawaban. 

Engkau adalah inspirasi.
Alasanku untuk merangkai puisi.
Alasanku terjaga sampai mentari pagi.
Alasanku terlelap dengan senyum dimalam hari. 

Engkau adalah cahaya.
Menuntut jalanku di lembah tak berwarna.
Memberi alasan di kala hidupku terasa hampa.
Memeluk ragaku saat aku merasa tak berharga. 

Engkau adalah sang surya.
Yang datang di kala gelap menyapa.
Yang memberi alasan agar aku terus berotasi dan bertenaga.
Yang menjadi pusat tempat perhatianku bermuara. 

Engkau adalah nama.
Terus terucap di kala aku tengah bersabda.
Terus terlintas di dalam kepala.
Dan ingin selalu kubawa sepanjang masa.
Selama-lamanya.

Kamis, 04 Juni 2015

[puisi] Datangnya Sang Matahari



Dahulu aku merindukan cahaya. Seperti pemimpi yang tersaruk melewati malam. Hangatmu membukakan jalan di dalam kelam. Dan sejak itu, aku selalu ingin mataku terpejam. Karena dalam gelap kehadiranmu menjadi lebih terang.     

Mungkin dalam hening aku bertanya, apa yang kau punya? Kau jauh di sana dan aku mendekam sunyi puluhan ribu kaki jauhnya. Mungkin aku adalah pengkhayal dungu yang mencoba mendekati bintang. Tanpa pernah menyadari bahwa aku tak bisa terbang. 

Masa demi masa berlalu. Dan aku sedikit melupakanmu. Karena seperti musim, hati akan bergulir. Namun tidak dengan rasanya, pun dengan warnanya. Sedikit kukecap, sececap kulihat. Dan kusadari bahwa hati tidak pernah lupa. Hanya dapat membohongi. 

Lalu kau datang. Tanpa pernah kuketahui wujudmu, kau seakan mengerti diriku. Kau berkata bahwa aku mengingatkanmu pada dirimu yang dulu. Sadarkah kau bahwa kita berbeda? Bahwa sejatinya kau hanyalah cahaya dan aku ada orang buta yang hanya dapat memimpikan rasanya melihat warna. 

Namun kau meyakinkanku bahwa kita serupa. Dahulu kau hanya cahaya mungil yang tak berisi. Namun sekarang kau sudah menjelma menjadi matahari. Dan aku semakin takut. Jarakmu terlihat semakin jauh. Walaupun keberadaanmu dapat kusentuh. 

Biarlah kucontoh petuah ikarus. Terbang mendekatimu akan membuatku terbakar. Dan mungkin aku akan siap. Namun tidak sekarang. Dengan keras kutahan diriku dan kucoba untuk bertahan. Karena menikmati cahayamu sekarang sedekat ini terasa cukup. Lebih dari cukup bahkan, dan terasa sangat nyaman. 

Karena itu tetaplah menjadi matahariku. Walaupun kutahu kau mungkin tak dapat terus menjawab panggilanku. Setidaknya aku tahu dimana dirimu. Dan aku pun sadar siapa diriku. Sekarang, aku membenci malam. Karena ketika bulan hadir. Aku akan terus terjaga sampai kau akan datang. Meskipun aku tahu, mungkin kau hanya bersikap sopan. Tapi lagi-lagi aku akan mencoba. Untuk menikmati dirimu dan menekan inginku untuk terbang. 

Selasa, 26 Mei 2015

[Cerpen] Dilatasi Masa

















Lelaki – Sekarang
Tahukah kalian apa kebohongan terbesar yang dihasilkan masyarakat? Sebuah harapan.
Manusia adalah makhluk yang lemah. Dalam keterbatasannya mereka membohongi diri sendiri dengan sebuah pikiran bahwa kelemahan mereka akan tertutupi pada akhirnya. Pikiran tadi bernama harapan. Dan secara pribadi aku mulai menghentikan pikiran-pikiran seperti itu. Harapan hanyalah sebuah angan-angan busuk yang tidak dapat membuatmu bergerak kemana-kemana.
Tetapi malam ini, aku mulai berharap. Setelah bertahun-tahun lamanya tidak kulakukan.
Aku mengecek waktu di HPku. Sudah hampir pukul sepuluh malam. Entah berapa batang rokok yang kuhabiskan. Mulutku terasa asam sekarang. Di luar mobilku mulai terdengar nyanyian jangkrik dan serangga malam. Sementara mereka berusaha mencari pasangan untuk berhubungan badan. Aku semakin merapatkan jaketku demi mengusir udara dingin nan kelam.
Sialan.
HPku bergetar lagi. Dan lagi-lagi aku mendiamkannya. Panggilan itu datang dari kesialan lain dalam hidupku. Seorang wanita sudah berusaha memberikan sinyal padaku agar aku melamarnya. Aku berpura-pura membutakan mata hatiku. Dan ia berpura-pura bahwa aku sedemikian tidak sensitifnya sampai ia harus melacurkan sinyal ke arahku. Berdua, kami memainkan drama pura-pura yang entah akan berakhir kemana.
Kuambil batang terakhir dalam bungkus rokokku. Dan sekarang aku menyadari sudah berapa batang yang berhasil kuhisap. Aku membuka pintu mobil dan menghirup udara malam. Dan lagi-lagi kembali berharap kalau ia akan datang.

***

Wanita – Dulu
Pagi itu adalah pagi yang paling terindah dalam hidupku. Bagaimana tidak, hari itu aku mulai mengerti apa yang orang-orang bilang dengan cinta pada pandangan pertama.
Ia menunduk malu-malu. Dapat kurasakan kegugupannya tertular sempurna padaku. Ia memperkenalkan namanya. Dapat kudengar suaranya yang serak seakan menggerus perasaan aneh di dalam perutku. Aneh, aku seharusnya berusaha untuk menghalau perasaan-perasaan seperti ini dan memfokuskan perhatianku pada ujian kelulusan semester depan. Tapi pada saat pikiran baik seperti itu melintas di otakku. Pandangan lelaki itu menatap tepat ke arahku.
Aku terpana dan terpanah sempurna olehnya.
Tidak seperti cerita di film atau cerita romansa remaja. Wali kelasku tidak mendudukkannya di sebelahku, belakangku, ataupun bangku di depanku. Yang ada ia menaruhnya jauh di belakang kelas. Aku meliriknya sekilas saat ia melangkah melewati bangkuku. Dan merutuki nasib yang berjalan tak seindah dalam dongeng.
Akhirnya, sisa senin itu berjalan seperti biasa. Aku bahkan tak sempat lagi mengobrol dengannya. Di akhir hari itu, saat aku menulis cerita tentang waktu yang berlalu di dalam diary bersampul biru. Aku memutuskan untuk tidak memasukkan kalimat “pagi yang paling terindah”. Sambil berharap-harap kalau pagi yang paling terindah akan dapat sesegera mungkin kutulis di dalamnya.

***

Lelaki – Dahulu
Ia menatapku lekat-lekat. Bola mata jernihnya samar-samar terlihat di antara kepulan asap rokok yang menguar pekat. Aku menanyakannya sekali lagi. Sedikit retorik memang. Namun entah mengapa aku merasa perlu mendengar permintaannya untuk kali kedua. Setelah ia mengucapkannya kembali. Aku mengulurkan rokok yang kupegang ke arahnya.
Tanpa sungkan ataupun segan. Ia menghisap rokok dan mengepulkan asapnya tepat ke arahku. Kami berdua tersenyum bersama. Lengkungan itu pun terbuka dan kami mulai berbagi tawa. Aku sendiri tak tahu apa yang kami tertawakan. Akhirnya aku membiarkannya menghabiskan rokok itu sementara aku menghabiskan waktuku untuk memandangi lehernya.
Dan kami bercerita. Wanita yang kukira polos seputih kertas ternyata menyimpan sejuta warna. Aku diam, menikmati kisah yang ia bawa. Dengan durasi setengah batang rokok, aku merasa sudah mengenalnya. Tak bisa kubayangkan apa yang terjadi jika penukaran kata diantara kami berdua berlangsung selama satu bungkus rokok.
Teman sekelas kami datang ke teras belakang rumahnya dan memanggil kami berdua. Meneruskan belajar kelompok kami yang akan menghadapi ujian beberapa bulan lagi. Ia tersenyum dan menyentuhkan jarinya di pergelangan tanganku sebelum beranjak pergi. Dari kejadian singkat ini aku sudah mahfum kalau ia memang istimewa. Jika semua rokok di dunia sudah habis dan aku mempunyai batang terakhirnya. Maka rokok itu akan kuberikan padanya. Agar ia dapat menikmati kenikmatan dunia terakhir yang tersisa.

***

Wanita – Sekarang
Rasanya aneh, biasanya setelah aku berbicara dengan suamiku. Rasa rindu akan berdesir kencang seperti ombak yang berdebur di dalam nadi. Namun kali itu rasanya hampa. Aku masih sempat mengatakan aku mencintainya, tepat setelah ia berkata ia mencintaiku. Dahulu waktu kami baru menikah. Perkataan itu mempunyai arti yang sangat dalam sampai tak dapat kudefinisikan. Sekarang perkataan itu telah berubah menjadi rutinitas semata.
Supir taksi yang membawaku tampak melirik dari kaca depan. Atau mungkin ia sedang melihat kaca spion? Aku berusaha tidak memikirkan itu. Alih-alih, aku menatap jalanan malam yang lengang. Kota ini sudah berubah. Di sana-sini terlihat pembangunan. Namun entah mengapa aku merasa lega. Kungkungan beton di tempat ini membuat jiwaku terasa lepas. Entah mengapa.
Lampu merah sekali lagi. Beberapa tukang becak tampak tertidur di dalam becak yang mereka parkirkan di pinggir jalan. Dahulu sekali aku sering menaiki becak dengan lelaki yang sangat kukenal. Waktu itu bahagia sangat kurasakan. Sampai-sampai masa depan terasa tidak menakutkan dan masa lalu tidak penting untuk dipertanggungjawabkan.
Aku membuka kaca taksi. Mencoba menyesap aroma kehidupan malam. Ada aroma dan warna tertangkap dan sulit untuk kulepas. Aku menepuk bahu supir taksi dan menyuruhnya untuk menunggu sejenak. Aku membuka pintu dan berjalan ke arah aroma dan rasa itu lahir. Sekembalinya aku dari luar, aku turut membawa seikat mawar merah untuk menemani kembali perjalananku.

***

Lelaki – Sekarang
Dengan nanar aku melihat asap terakhir yang mewarnai langit malam dengan sejumput putih. Kuarannya menghilang disaput dinginnya malam. Kusandarkan tubuhku di samping mobil. Sambil merapatkan jaketku untuk menghalau pelukan malam.
Satu setengah jam lagi hari akan berganti. Aku mulai bertanya-tanya apakah wanita itu lupa? Atau mungkin aku saja yang terlalu bodoh untuk menyadari bahwa hidup terus berjalan dan kenangan akan memudar? HPku berdering lagi. Menyentakku dari sejuta pikiran. Bertahun-tahun lalu di tempat ini kejadian yang tak mungkin kulupakan terjadi. Nurani sialku pun iba terhadap wanita yang menelponku sedari tadi. Kehadirannya ternyata tak mampu menggantikan kenangan yang semakin usang.
Suara jangkrik lagi. Dan lagi-lagi suaranya membuatku kesal. Tapi ada suara lain yang membuatku awas. Suara mobil yang berhenti tepat di ujung jalan. Dari dalamnya sesosok wanita keluar. Jantungku menggedor dadaku tanpa sebab. Aku menarik napas. Mencoba mengendalikan emosiku yang mendadak liar tak terkendali.
Semakin dekat, rambut panjangnya dulu berubah. Semakin dekat, matanya yang jernih menatapku tanpa mengganti arah. Semakin dekat, tangannya terangkat membawa sebuket mawar merah. Dan ketika ia sudah berada di depanku. Wajahnya menunjukkan ekspresi marah yang membuatku jengah.
Dan aku terdiam. Mendengar lagi nyanyian penuh nafsu dari jangkrik malam.

***

Wanita – Dulu
Ciumannya terasa hangat. Seperti bergelung di dalam selimut saat hari hujan. Saat bibir kami menjauh, tawa canggung mengalir deras dari dalamnya. Aku menatap matanya lekat saat ia membawa tangannya menelusuri pipiku. Dan kemudian, bibir kami menyatu lagi.
Kejadian ini berlangsung setelah tiga minggu kami resmi berpacaran. Kami berdua berjalan menyusuri kota menaiki becak. Lalu berhenti di sebuah taman kecil yang mempunyai pohon beringin raksasa. Entah siapa yang memulai. Sepertinya tangan alam semesta memainkan tali boneka kami berdua dengan lincahnya. Kami berciuman lagi dan lagi sampai mulutku terasa kering.
Kemudian ia mengeluarkan rokoknya. Di sela-sela asap putih, kami berbagi bayangan tentang masa depan. Ia akan kembali ke kota asalnya. Dan aku akan tetap berada di sini. Dengan naifnya akan menunggu ia kembali. Atau mungkin dengan keras kepalanya akan mengejarnya sampai nanti.
Ia memegang kepalaku dengan lembut sambil menenangkanku. Ia berkata untuk tidak menakuti masa depan. Hanya di depanku saja ia dapat berubah menjadi semanis ini. sementara di depan yang lain ia selalu saja diam dan sentimental. Dan untuk itu aku bahagia. Karenanya ia tak perlu memakai topeng saat bersama denganku.
Ketika hari sudah malam. Kami berciuman sekali lagi dan dia akan mengantarku sampai rumah. Sementara aku menatap punggungnya yang menjauh dari kamarku. Aku akan memegang bibirku dan kembali mengingat kehangatan itu.

***

Lelaki – Dahulu
Lelaki bodoh adalah lelaki yang membuat wanita mengeluarkan air matanya. Ayahku sering berkata demikian. Dulu aku berpikir kalau kata-kata itu adalah taktiknya agak aku tak menjahili adik perempuanku. Namun sekarang aku baru mengerti artinya. Ketika wanita yang kucintai menangis sedari tadi. Dan bodohnya lagi aku tak dapat mendekapnya.
Ia mengurung dirinya di dalam kamar mandi. Tersedu-sedu sampai dapat kurasakan getarannya dari balik pintu. Harusnya hari ini menjadi hari bahagia kami. Hari terakhir ujian dan kami lepas dari segala kungkungan akademi. Namun yang ada, sisa hari ini kami habiskan dalam kesedihan.
Aku meminta maaf padanya. Ulang dan berulang kali. Namun perkataan itu ia jawab dengan tangisan. Aneh sekali rasanya. Tadi pagi kulalui dengan gelisah karena ujian yang akan kami lalui. Lalu siangnya kami habiskan dalam kelegaan. Sorenya kami tersapu badai kebahagiaan setelah sebuah ketelanjangan yang kami rayakan. Dan malamnya kami habiskan dengan kesedihan yang terasa membodohkan.
Akhirnya saat aku tak tahu lagi harus berkata apa. Aku pun ikut duduk menyandarkan tubuhku di pintu. Karena aku tahu ia melakukan hal yang sama di balik pintu yang lain. Dan saat tangis wanita yang kucintai tak kunjung berhenti. Aku pun ikut menjatuhkan air mata dan menangis.
Setelah tadi menyatukan diri dalam cairan. Kini kami kembali bersatu mengeluarkan cairan.

***

Wanita – Sekarang
Barulah aku menyadari kehebatan dari sang waktu. Wajahnya yang dulu muda sekarang tampak dewasa dan berwibawa. Aku mengucapkan halo sambil menyapa dirinya. Ia membalasku dengan suara serak tak bahkan tak dapat digerus waktu. Aku ingin sekali berbagi cerita. Tapi sayangnya aku tahu bahwa waktu tidak akan pernah menunggu. Ia mengambil kotak dari dalam mobilnya. Setelah itu kami berjalan menembus malam berdua.
Taman ini tampak berubah. Rumputnya menjadi tak terawat. Pohon beringin raksasa itu seperti mengerdil dan tak nampak. Karena dahulu dari jarak sejauh ini aku sudah dapat melihat puncak daunnya. Namun sekarang hanya kegelapan malam saja yang berhasil kulihat.
Ujung jarinya tampak mengenai sedikit jariku saat kami berjalan beriringan. Kejadian itu tidak berlangsung lama. Karena ia langsung sigap berjalan di depanku dan menyingkapkan rumput tinggi yang menghalangi jalan kami. Aneh, tujuh belas tahun berlalu dan ini adalah pertemuan pertama kami. Ingin sekali aku menghambur ke pelukannya dan bercerita tentang masa yang berjalan tanpa terasa. Tapi kami diam. Tidak tahu harus berkata apa.
Pikiranku terpotong seketika ketika mataku mulai menangkap keganjilan yang tampak tak nyata. Pohon yang dulu berdiri kokoh itu telah hilang. Sisa batangnya telah berubah menjadi tunggul kayu yang menghitam. Entah mengapa lututku terasa lemas dan aku duduk terjatuh menghantam bumi. Di tengah senggukanku yang datang dengan konyolnya. Dapat kurasakan rengkuhan tangan kokohnya memeluk tubuhku dengan hangat.

***

Lelaki – Dulu
Dapatkah kau disebut sebagai pembunuh ketika kau menghabisi nyawa seseorang yang bahkan belum sempat mengecap napas dunia?
Jantungku memukul-mukul dadaku dengan keras sedari tadi. Seakan memberi isyarat padaku untuk kabur dari tempat terkutuk ini. Tapi tangisan wanita di sampingku membuat kakiku bertahan. Diam-diam aku berpikir apakah rasa bersalah ini dapat tercuci habis dari hidupku setelah semua ini usai?
Namanya dipanggil masuk. Dan aku dilarang untuk ikut. Saat-saat itu adalah saat paling terkelam dalam hidupku. Aku tersungkur menghujam lembah. Di tengah keramaian tempat ini, aku merasa kesepian. Detik demi detik berlalu dan setiap hitungannya membuatku semakin pilu.
Dalam papahan wanita lain ia keluar. Mukanya menyiratkan kesedihan dan kemarahan tak terpancarkan. Aku ingin menangis, tapi tersadar bahwa aku harus berusaha tegar demi wanitaku yang satu ini. Setelah wanita lain tadi melepaskan papahannya. Aku menangkap tubuhnya yang terhuyung dan memeluknya erat.
Dalam kehangatan pelukannya, kami berdua sadar bahwa kami telah menjadi pembunuh.

***

Wanita – Dulu
Tangannya terayun keras menghantam bumi. Mencoba membuat sebuah lubang di atasnya. Sementara aku duduk di salah satu akar pohon beringin yang menonjol tanpa malu. Sambil menggenggam plastik hitam yang sekarang mengeluarkan bau amis masuk ke hidungku.
Ketika ia merasa dalamnya cukup. Ia mengulurkan tangannya yang penuh keringat bercampur tanah ke arahku. Aku menyambutnya dengan tergugu. Air mataku kembali menggumpal saat plastik itu kami tanam. Tanpa ada doa ataupun upacara yang layak. Anak kami dan aib yang menyertainya telah hilang dengan rapat.
Perasaanku kian mendingin. Air mataku sudah habis terkuras, begitu pun energiku. Setelah ia kembali menutup lubang tadi. Ia memelukku kembali dan mulai menangis. Menangis tersedu sambil mengeluarkan ratapan pilu. Aku semakin mengencangkan pelukanku padanya. Tahu bahwa ia sendiri belum sempat mengucapkan rasa berkabung dan bersalahnya karena terlalu sibuk untuk tetap tegar demiku.
Kami terus berpelukan. Tanpa menyadari bahwa itu adalah pelukan terakhir kami.

***

Lelaki – Sekarang
Aku menarik batang kayu besar dan menaruhnya di samping makam yang kami buat tujuh belas tahun lalu. Diatasnya kami duduk bersampingan sambil terdiam karena sibuk dengan pikiran masing-masing.
Ia menaruh bunga yang ia bawa di atas makam tadi. Sementara aku membuka kotak yang kubawa. Menaruh sebuah kue ulang tahun dan lilin berbentuk angka tujuh belas. Kutarik korek api dari kantung celana lantas mulai menyalakan lilin di atasnya. Dengan begitu saja kami memulai ulang tahun paling nelangsa sejagad raya.
Setelah lagu ulang tahun yang kami nyanyikan dengan sumbang. Kami mulai bercerita tentang penyesalan yang usang dan kata maaf yang terlambat datang. Lambat laun aku mulai sadar bahwa cincin kawin yang ia pakai adalah bukti sahih yang membuat hatiku teriris perih. Aku memberinya selamat sambil memasang topeng penuh senyuman yang menyesatkan.
Namun ia menangis. Ia merindukan anak yang tak pernah kami besarkan. Mengenang pernikahan yang tak pernah kami langsungkan. Dan mengingat ciuman yang dulu kami lakukan. Namun waktu tidak pernah merubah intuisi seseorang. Aku bertanya dengan lembut apa yang sebenarnya ia takutkan. Dengan bisikan yang hampir tak terdengar ia berkata bahwa rahimnya mendapatkan trauma seperti yang dialaminya. Tujuh belas tahun lalu ketika ia menggugurkan anak kami, ia pun turut menggugurkan kesempatannya untuk mendapat anak yang lain lagi.
Dan ketika ia selesai mengatakan hal tadi, suara jangkrik kembali berbunyi.

***

Wanita – Sekarang
Aku teringat tentang kenangan malam sunyi. Saat aku bercerita dan ia selalu menjadi pendengar yang setia. Tujuh belas tahun berlalu dan ia masih sama. Telinganya masih terbuka untuk kubacakan nyanyian senandung semesta. Namun kali ini, setelah aku berbagi kesedihanku padanya. Aku mulai bertanya.
Ia berkata ia masih sendiri. Sangat kuherankan mengapa itu terjadi. Entah berapa manusia kuhitung jatuh ke dalam pesonanya. Ketika aku bertanya sebuah alasan pasti, ia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum penuh misteri.
Waktu sudah lewat dari tengah malam. Dan janji kami untuk bertemu kembali pun sudah terpenuhi. Sementara aku harus pergi untuk mengejar pesawat kembali. Ia berdiri dan menawarkan tumpangan untuk sampai ke bandara. Aku berjongkok sambil kembali melontarkan penyesalan yang tak berarti. Dan ia pun turut terdiam, membisikkan kata maaf yang terlambat untuk disadari.
Kami berjalan beriringan. Masuk ke mobil dan melindungi diri dari sentuhan angin malam. Kenangan masa lalu kembali mengalir deras. Sementara aku menatap kuburan anak kami, mobilnya berjalan menembus jalan. Mungkin aku tidak tahu apa yang akan ditawarkan hidup esok hari. Namun aku berbalik dan mengukir janji kepadanya untuk kembali lagi.
Dan ia setuju. Satu tahun lagi, di tempat ini. Kami akan kembali berkabung untuk masa lalu yang kami khianati dan masa depan lain yang tak mungkin kami miliki.