Jumat, 07 Oktober 2016

[puisi] Lagom


Risalah ini seperti menanti sang fajar. Menunggumu laiknya gelap yang teredam. Diam-diam aku pun berharap sang surya segera datang. Agar bayangmu menghilang dan digantikan kenyataan.

Orpheus menyanyikan nada kasih penuh harap. Dan aku sejatinya membenci harapan. Namun berharap padamu seperti berjalan dalam kegelapan. Maka berilah aku sedikit terang tanpa kebohongan, di dalam jalanku mencari jalan pulang.

Kau seperti ombak. Datang dan hadir begitu cepat, menyapu bersih pasir berserak di pantai yang rusak. Kau adalah ombak dan akulah pantai rusak yang kau sapu bersih tak berjejak.

Kini semua masa lalu menjadi bayangan kabur tak berarti. Marilah kita menikmati masa ini dan merajut waktu nanti. Keluh kesahmu telah menjadi khawatirku. Dan kisahmu telah menjadi pengertianku.

Yakinlah bahwa hati ini masih berharap padamu. Walau bimbang mengguncang seperti ombak menghantam karang. Namun di pantai ini aku akan terus berjuang. Berjuang untuk mendapatkanmu seorang.

Oleh karena itu biarlah senja ini menjadi saksi dan puisi ini menjadi definisi. Bahwasanya harapku tak akan hilang walaupun pagi hadir kembali. Alih-alih, aku semakin terjatuh dalam sosokmu yang tak lelah menetap di hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar