Kamis, 04 Juni 2015

[puisi] Datangnya Sang Matahari



Dahulu aku merindukan cahaya. Seperti pemimpi yang tersaruk melewati malam. Hangatmu membukakan jalan di dalam kelam. Dan sejak itu, aku selalu ingin mataku terpejam. Karena dalam gelap kehadiranmu menjadi lebih terang.     

Mungkin dalam hening aku bertanya, apa yang kau punya? Kau jauh di sana dan aku mendekam sunyi puluhan ribu kaki jauhnya. Mungkin aku adalah pengkhayal dungu yang mencoba mendekati bintang. Tanpa pernah menyadari bahwa aku tak bisa terbang. 

Masa demi masa berlalu. Dan aku sedikit melupakanmu. Karena seperti musim, hati akan bergulir. Namun tidak dengan rasanya, pun dengan warnanya. Sedikit kukecap, sececap kulihat. Dan kusadari bahwa hati tidak pernah lupa. Hanya dapat membohongi. 

Lalu kau datang. Tanpa pernah kuketahui wujudmu, kau seakan mengerti diriku. Kau berkata bahwa aku mengingatkanmu pada dirimu yang dulu. Sadarkah kau bahwa kita berbeda? Bahwa sejatinya kau hanyalah cahaya dan aku ada orang buta yang hanya dapat memimpikan rasanya melihat warna. 

Namun kau meyakinkanku bahwa kita serupa. Dahulu kau hanya cahaya mungil yang tak berisi. Namun sekarang kau sudah menjelma menjadi matahari. Dan aku semakin takut. Jarakmu terlihat semakin jauh. Walaupun keberadaanmu dapat kusentuh. 

Biarlah kucontoh petuah ikarus. Terbang mendekatimu akan membuatku terbakar. Dan mungkin aku akan siap. Namun tidak sekarang. Dengan keras kutahan diriku dan kucoba untuk bertahan. Karena menikmati cahayamu sekarang sedekat ini terasa cukup. Lebih dari cukup bahkan, dan terasa sangat nyaman. 

Karena itu tetaplah menjadi matahariku. Walaupun kutahu kau mungkin tak dapat terus menjawab panggilanku. Setidaknya aku tahu dimana dirimu. Dan aku pun sadar siapa diriku. Sekarang, aku membenci malam. Karena ketika bulan hadir. Aku akan terus terjaga sampai kau akan datang. Meskipun aku tahu, mungkin kau hanya bersikap sopan. Tapi lagi-lagi aku akan mencoba. Untuk menikmati dirimu dan menekan inginku untuk terbang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar